Apa yang kamu cari?

Kesenangan, lihat di enjoy
Pembelajaran, lihat di learn
Semangat, lihat di inspire


Saturday 24 October 2009

Logika Orang Biasa

Mengutip perkataan seorang Wimar Witoelar, Jadilah orang biasa!”, membuat kita berfikir; apalah hebatnya jadi orang biasa? Padahal berjuta motivator yang tidak biasa menginginkan setiap orang agar menganggap dirinya luar biasa spektakuler dan potensial. Tentulah tidak begitu menyenangkan kalau kita punya postur badan yang biasa dengan tinggi yang biasa pula, punya muka yang rata-rata –atau kita sebut muka rata, punya kecerdasan –mungkin lebih cocok dikatakan kemampuan– yang hanya biasa-biasa, ataupun punya kemapanan dan keterpandangan yang juga sangat biasa.

Lantas apa hebatnya? Sebenarnya logika orang biasa ini punya banyak sekali manfaat. Logika orang biasa membuat kita tidak takut kehilangan sesuatu. Kita sering lupa bahwa menjadi luar biasa dalam beberapa hal –katakanlah kecerdasan dengan IQ di atas 130, kamapanan yang tak habis tujuh turunan dan paras yang rupawan bak dipahat seorang malaikat– seringkali membuat kita menjadi terlalu berhati-hati dalam melakukan banyak hal.

Ketika kita adalah seorang yang jenius luar biasa maka kita akan terlalu berhati-hati dalam berperilaku dan berucap agar tetap terlihat bak sebuah ensiklopedia berjalan yang selalu memenuhi stardar keilmuan. Kita akan sangat anti melakukan tindakan konyol karena menganggap itu terlalu berbahaya. Ketika kita adalah orang yang punya kemapanan luar biasa maka kita akan terlalu berhati-hati dalam berbelanja supaya kemapanan itu tidak hilang. Kita jadi terlalu teliti dan akhirnya menanggap penanaman modal itu terlalu riskan. Dan ketika kita adalah orang yang rupawan maka kita akan terlalu hati-hati dalam merawat tubuh, kita akan membeli ini dan itu, dan merasa begitu nista ketika dikatakan jelek. Kita jadi terlalu hati-hati dalam melakukan kegiatan, kalau panas harus memakai topi atau payung, sampai-sampai harus beli baju yang ‘chique’ untuk setiap acara.

Tapi alangkah senangnya ketika kita menjadi orang biasa yang tidak mengindahkan logika kesempurnaan. Ketika kita adalah orang yang punya otak biasa dan salah menyebutkan penemu hukum relativitas ataupun teori politik maka kita tinggal meminta maaf. Ketika tidak tahu harus berbuat apa kita tinggal bertanya tanpa harus takut kehilangan label “makhluk terpandai sejagat”. Ketika kita adalah orang yang punya kemapanan yang biasa, maka kita tidak akan terlalu curiga kepada para penawar kartu kredit ataupun peminta sumbangan. Kita pun akan lebih terbuka dalam memberi. Dan ketika kita adalah orang dengan muka rata, ataupun punya bibir memble atau badan letoy atau rambut gulali atau apa lah, maka kita tidak akan terlalu berhati-hati dalam berkegiatan, kita tidak harus memakai sun-block sebelum berjalan-jalan, kita pun tidak perlu terlalu giat pergi ke salon untuk melakukan perawatan. Juga tidak merasa nista ketika dikatakan jelek, karena memang begitu kenyataannya.

Tapi yang jelas, tidak baik jika kita menjadi seorang ekstrimis dan memakai logika orang biasa ini dalam berbagai aspek kehidupan. Karena logika ini hanya pas untuk mereka yang sulit menghilangkan perasaan takut salah dan sindrom mr. perfect wanna be pada setiap waktu, logika ini pun membuat kita lebih mensyukuri apa yang ada dalam diri.

0 comments:

Photobucket Photobucket Photobucket

Wanna be inspired? Explore this...